Sukabumi Berita | Dekranasda Kota Sukabumi menegaskan komitmennya untuk bangkit dan kembali memainkan peran strategis dalam pembangunan ekonomi kreatif berbasis budaya lokal.
Langkah awal itu diwujudkan melalui konsolidasi dan audiensi seluruh pengurus di ruang Oproom Setda Kota Sukabumi, Senin (2/6), yang menjadi tonggak baru dalam revitalisasi lembaga tersebut sebagai fasilitator UMKM kriya di kota ini.
Kegiatan dipimpin oleh Ketua Dekranasda, Ranty Rachmatillah, didampingi Wakil Ketua Kia Florita, serta dihadiri Ketua Harian, Sekretaris, para kepala bidang, dan jajaran pengurus lainnya.
Seluruh peserta menunjukkan semangat baru untuk membangun kembali kelembagaan dan peran Dekranasda secara lebih terorganisasi dan berdampak.
Wakil Ketua Dekranasda, Kia Florita, dalam sambutannya menekankan pentingnya memperkuat peran Dekranasda sebagai penggerak city branding dan penguat sektor ekonomi kreatif lokal.
Menurutnya, city branding bukan sekadar soal slogan atau logo, melainkan strategi komprehensif untuk membangun citra dan identitas khas kota yang berdampak langsung pada kunjungan wisata, investasi, hingga rasa bangga masyarakat terhadap daerahnya sendiri.
Kia memperkenalkan kerangka naratif city branding melalui konsep “Citra, Cita, dan Cerita”, yang bisa dibangun dari produk kriya dan UMKM lokal Sukabumi.
Ia menyampaikan bahwa setiap produk kreatif harus memuat nilai budaya, identitas sosial, serta semangat inovasi agar mampu merepresentasikan karakter Sukabumi secara otentik dan menarik.
Dalam keterbatasan anggaran daerah, Kia mengajak jajaran pengurus untuk berfokus pada strategi hemat biaya namun berdampak tinggi, seperti promosi digital, aktivasi media sosial, serta penguatan komunitas kreatif.
“Ekonomi kreatif secara nasional telah menyumbang lebih dari Rp1.300 triliun terhadap perekonomian Indonesia, dan angka tersebut membuktikan bahwa sektor ini memiliki potensi besar dalam peningkatan pendapatan asli daerah bila dikelola secara serius,” kata Kia.
Kia juga menyoroti pentingnya kurasi produk lokal, mulai dari batik, kaligrafi, hingga kuliner khas yang menjadi kekuatan identitas daerah. Menurutnya, produk-produk tersebut harus dikemas dan dipromosikan dengan konsisten agar mampu menjadi daya tarik bagi wisatawan maupun investor.
Ia menambahkan bahwa sinergi antara pengrajin dan Dekranasda perlu diperkuat agar Sukabumi dikenal bukan hanya karena keindahan alamnya, tetapi juga karena kualitas hasil karya warganya.
Sementara itu, Ketua Dekranasda Kota Sukabumi, Ranty Rachmatillah, menegaskan bahwa audiensi ini merupakan momen kebangkitan setelah Dekranasda cukup lama mengalami kevakuman.
“Dekranasda bukanlah lembaga yang bertujuan mencari keuntungan, melainkan wadah nirlaba yang hadir untuk melestarikan warisan budaya, mendorong tumbuhnya ekonomi berbasis kerajinan, dan membina pelaku UMKM kriya secara berkelanjutan,” kata Ranty.
Ranty menegaskan bahwa setiap produk yang dinaungi Dekranasda harus mencerminkan identitas budaya lokal dan benar-benar dikerjakan oleh tangan-tangan pengrajin Sukabumi.
Menurutnya, keaslian dan kualitas produk lokal adalah kunci agar kerajinan Sukabumi dapat menembus pasar lebih luas dan memberikan dampak ekonomi bagi pelakunya.
Dalam arah kebijakan ke depan, Dekranasda akan membangun sistem kerja yang lebih terukur dan terorganisasi. Hal ini mencakup proses identifikasi potensi kerajinan, kurasi produk binaan, pembinaan dan pelatihan, kemitraan strategis, promosi dan pemasaran, hingga evaluasi kinerja organisasi.
Langkah-langkah tersebut dirancang untuk menjadikan Dekranasda sebagai lembaga yang mampu berkontribusi nyata terhadap kemajuan UMKM dan ekonomi kreatif di kota ini.
Baik Ketua maupun Wakil Ketua Dekranasda menyepakati bahwa dalam lima tahun ke depan, Dekranasda harus mampu menghasilkan produk UMKM terpilih yang mewakili identitas kota, membangun sistem pembinaan yang profesional dan transparan, serta menjadi organisasi yang berjalan dengan standar operasional yang jelas.
Ranty menutup pertemuan dengan harapan besar agar Dekranasda menjadi rumah besar kreativitas Sukabumi. Sebuah tempat lahirnya pelaku ekonomi kreatif baru yang siap bersaing di kancah nasional, sekaligus menjadi penjaga warisan budaya lokal yang lestari dan membanggakan.