SukabumiBerita.com—Tol Bogor Ciawi Sukabumi (Bocimi) Seksi II kembali ditutup mulai Senin malam (15/4/2024) kemarin pukul 20:00 WIB. Penutupan dilakukan setelah melayani arus mudik dan arus balik Lebaran 2024.
Kasat Lantas Polres Sukabumi AKP Fiekry Adi Perdana menjelaskan penutupan tersebut akibat dari dampak perbaikan longsor yang akan segera kembali dilakukan di KM 64.600.
Dia belum bisa memastikan kapan Tol Bocimi Ciawi-Cibadak dengan exit tol ruas Parungkuda bisa kembali difungsikan. Sebab, perbaikan jalan tol yang longsor memerlukan beberapa waktu lama.
“Untuk sementara waktu perbaikan kendaraan keluar masuk Sukabumi bisa mengakses tol Bocimi Gate Cigombong,” katanya.
Sebelumnya, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono mengatakan baru akan menangai longsoran Tol Bocimi secara permanen usai lebaran Idul Fitri.
“Saya ingin full speed, setelah lebaran. Tapi ini sudah pada libur dan ini hari besar lebaran, saya kira kesempatan untuk libur dulu sampai tanggal 15, baru full speed untuk penanganan permanen,” katanya.
Untuk penanganan permanen di lokasi jalur Tol Bocimi Seksi II yang terdampak longsor tersebut, diprediksi akan membutuhkan waktu 2 hingga 3 bulan.
Namun meski demikian, untuk memecah arus lalu lintas agar tidak terjadi penumpukan kendaraan pada liburan panjang Lebaran Idul Fitri tahun ini, ia akan mengupayakan pada Senin (8/4/2024) sampai Selasa (9/4/2024) ini, akan melakukan penanganan temporarnya.
“Jadi, jalur yang dibuka sementara adalah Jalur B. Tapi, itu hanya arah dari Jakarta. Nah, sebelah sana yang difungsikan. Nanti kalau arus balik kita pakai satu arah, tapi hanya sebelah sana,” katanya.
“Tadi ada dua opsi, kita tangani ini atau kita teruskan. Nah itu kan ada jembatan tuh, kita teruskan ke sini, cuman waktu safety kita masih berani tanpa jembatan, supaya lebih cepat kalau pembangunan jembatan dilakukan disini bisa lebih 5 bulan waktunya,” katanya.
Menurutnya, ini bukan gerakan tanah, tapi longsoran tanah timbunan saat pembangunan dulu. Karena curah hujan yang tinggi, kita lihat vegetasi di sekitarnya pohon-pohon pisang dan sebagainya masih tegak, berarti memang bukan gerakan tanah, tapi material longsoran saja.
Untuk itu, ia menilai peristiwa tersebut terjadi bukan karena konstruksi bangunan yang buruk. Tetapi, karena faktor cuaca atau curah hujan yang tinggi. Terlebih lagi, dititik lokasi kejadian terdapat timbunan tanah. “Nanti kita cek lagi, seperti di Purbaleunyi longsor,” katanya.