Sukabumi Berita | Pemkot Sukabumi memberikan perhatian ekstra terhadap pengelolaan tata ruang wilayah. Sebab, hal itu menjadi bagian penting memperhitungkan potensi kerawanan bencana untuk meminimalkan risiko.
Penjabat Wali Kota Sukabumi Kusmana Hartadji menegaskan, Kota Sukabumi memiliki potensi kerawanan risiko bencana. Wilayah tersebut dilintasi aliran sungai serta beberapa wilayah berada di kawasan tebing.
“Menyikapi kondisi itu, evaluasi tata ruang pascabencana dan proyeksi perencanaan wilayah menjadi bagian penting strategi pengurangan risiko bencana,” kata Kusmana, Selasa (18/2/2025).
Di tengah upaya meminimalkan risiko bencana, Kota Sukabumi dihadapkan pula dengan kebijakan efisiensi anggaran.
Bagi Kusmana, efisiensi anggaran dalam penanggulangan bencana tidak hanya soal penghematan, tetapi juga memastikan penggunaan sumber daya yang optimal untuk mengurangi risiko, merespons cepat, dan memulihkan kondisi secara efektif.
“Perencanaan dan penganggaran kebencanaan harus semakin terstruktur dan tepat sasaran. Ini untuk mewujudkan Kota Sukahumi yang tangguh terhadap bencana serta aman bagi seluruh warganya,” katanya.
Kepala Pelaksana BPBD Kota Sukabumi Novian Rahmat Taupik menyebutkan, sepanjang 2024 terjadi 599 kejadian bencana. Jumlahnya cenderung meningkat dibanding 2023 yang hanya sebanyak 185 kali kejadian.
“Dirata-ratakan, kejadian bencana selama 2024 setiap bulan sebanyak 50 kali,” kata Novian.
Dari 599 kejadian, banjir mendominasi sebantak 248 kali, cuaca ekstrem 182 kali, tanah longsor 100 kali, angin topan atau puting beliung 35 kali, kebakaran permukiman 25 kali, serta gempa bumi sebanyak 6 kali.
Dari berbagai bencana sepanjang 2024, nilai kerugian ditaksir mencapai Rp 9.651.250.000. Kerugian akibat bencana hidrometeorologi sebesar Rp6.570.070.000 dan nonhidrometeorologi sebesar Rp2.994.930.000.
Kerugian akibat bencana sepanjang 2024 meningkat tajam dibanding 2023 yang nilainya ditaksir sebesar Rp6.098.675.000. Namun dibanding pada 2022 sebesar Rp12.696.996.850, kerugian bencana selama 2024 terbilang cukup rendah.
Bencana mengakibatkan 1.432 kepala keluarga (KK) atau 1.606 jiwa terdampak. Selain itu, sebanyak 1.549 unit bangunan mengalami kerusakan terdiri dari 70 unit rusak berat, 198 unit rusak sedang, dan 1.281 unit rusak ringan.