Sukabumi Berita | Ribuan warga dan wisatawan memadati Palabuhanratu untuk merayakan Hari Nelayan ke-65, sebuah tradisi tahunan yang menggabungkan unsur budaya, spiritualitas, dan komitmen terhadap kelestarian laut.
Perayaan dimulai dengan pawai budaya dari Jalan Siliwangi menuju Alun-alun Gadobangkong. Puncak arak-arakan menampilkan Putri Nelayan 2025, Djemima Shireen dari Desa Cikahuripan, Kecamatan Cisolok, yang menaiki kereta kencana berhias replika sayap laut dan daun angin, didampingi oleh figur simbolik “raja” dalam busana hitam-emas.
Mereka diiringi oleh pengawal berkostum kerajaan, tokoh adat, serta warga yang membawa alat musik dan atribut simbolik.
Setelah pawai, perhatian beralih ke dermaga Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu (PPNP), tempat prosesi labuh saji berlangsung. Puluhan kapal berhias janur dan bendera merah putih membawa warga ke tengah laut untuk menyaksikan pelarungan sesaji.
Tahun ini, tradisi melarung kepala kerbau digantikan dengan pelepasan indukan lobster bertelur, simbol komitmen terhadap keberlanjutan sumber daya laut.
“Maksud utama labuh saji itu bagaimana kita melestarikan biota laut, menjaga habitat laut,” ujar Nandang, Ketua Panitia Hari Nelayan 2025 yang juga Kepala Desa Jayanti.
Bupati Sukabumi Asep Japar turut hadir dalam prosesi pelarungan dan menekankan pentingnya melestarikan budaya serta mempromosikan kekayaan alam sebagai bagian dari identitas daerah.
“Ini adalah warisan budaya yang telah turun-temurun sejak ratusan tahun lalu. Festival dan gelar budaya ini memiliki nilai yang tak ternilai,” ujarnya.
Perayaan ini juga mendapat pengakuan nasional dengan masuknya Festival Hari Nelayan Palabuhanratu dalam program Kharisma Event Nusantara (KEN) dari Kementerian Pariwisata untuk ketiga kalinya. Bupati Asep Japar menerima piagam penghargaan sebagai salah satu dari 110 event terbaik dalam KEN 2025.
Perayaan yang berlangsung sejak 20 April hingga 31 Mei 2025 ini berhasil menggerakkan perekonomian lokal hingga Rp2,2 miliar. Meskipun tanpa dukungan sponsor besar, semangat kebersamaan masyarakat nelayan membuat perayaan tetap meriah. “Dengan modal sendiri, kebersamaan sendiri, kita bisa laksanakan kegiatan semegah ini, selevel nasional,” ungkap Nandang.
Perayaan Hari Nelayan Palabuhanratu ke-65 tahun ini menegaskan pentingnya menjaga tradisi, memperkuat komunitas, dan berkomitmen terhadap kelestarian lingkungan laut. Dengan semangat gotong royong dan cinta terhadap budaya, masyarakat Palabuhanratu menunjukkan bahwa warisan leluhur dapat terus hidup dan berkembang dalam harmoni dengan alam.