Sukabumi Berita | Kabupaten Sukabumi menjadi tuan rumah The 6th Geotourism Festival and International Conference atau Geo Fest 2025. Acara ini resmi dibuka Asisten Daerah (Asda) Bidang Administrasi Umum Sekretariat Daerah Kabupaten Sukabumi, Yulipri, di Aula PPSDM Aparatur, Jalan Cigenteng, Desa/Kecamatan Cisolok, kemarin.
Festival yang berlangsung selama tiga hari ini diikuti oleh 80 peserta dari berbagai geopark di seluruh Indonesia. Lebih dari sekadar festival, Geo Fest 2025 menjadi forum strategis untuk memperkuat sinergi antar pengelola geopark dalam mewujudkan pembangunan yang inklusif dan berkelanjutan.
Dalam sambutannya, Yulipri menegaskan bahwa geopark bukan hanya destinasi wisata, tetapi juga instrumen pembangunan yang berwawasan lingkungan dan berpihak pada masyarakat lokal.
“Geopark harus menjadi ruang edukasi, konservasi, sekaligus pengungkit ekonomi. Geo Fest ini adalah jawaban atas tantangan pembangunan yang inklusif dan berkelanjutan,” katanya.
Yulipri mengatakan Geo Fest bukan hanya ajang budaya dan promosi keindahan alam, tetapi juga forum strategis untuk memperkuat ketahanan terhadap bencana geologi.
Sejak ditetapkan sebagai bagian dari UNESCO Global Geopark pada 17 April 2018, Ciletuh-Palabuhanratu terus menjadi model pengembangan geopark berbasis keanekaragaman hayati, geologi, dan budaya (biodiversity, geodiversity, dan cultural diversity).
Sementara itu, Ketua Harian BP CPUGGp, Aat Suwanto, menyebut Geo Fest 2025 sebagai momentum penting untuk memperkenalkan teknologi ramah lingkungan.
“Kami tengah menyiapkan proyek energi terbarukan di kawasan geopark. Dengan dukungan pemerintah pusat, kami berharap proyek ini bisa segera direalisasikan,” ungkapnya.
Aat juga menekankan pentingnya pendidikan dan residensi budaya dalam memperkuat kesadaran masyarakat terhadap nilai-nilai geopark.
Ia pun mengajak seluruh peserta untuk menjadikan Geo Fest 2025 sebagai sarana memperkuat jejaring dan komitmen bersama dalam membangun masa depan geopark Indonesia yang berdaya saing.