Sukabumi Berita | Sekolah Rakyat di Kabupaten Sukabumi resmi dimulai pada Senin (14/7/2025) kemarin, dengan lokasi sementara pembelajaran berada di Sentra Phala Martha, Kecamatan Cibadak, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat.
Sebanyak 100 siswa telah tiba dan mulai mengikuti kegiatan pembelajaran. Mereka akan belajar secara full day sekaligus tinggal di asrama selama masa sekolah.
Di lokasi, para orangtua tampak mendampingi anak-anak mereka hingga mendapatkan kamar dan tempat tidur masing-masing di asrama. Program ini disambut antusias oleh para orangtua yang berharap anak-anaknya mendapatkan akses pendidikan yang lebih baik.
Bupati Sukabumi Asep Japar mendukung penuh program sekolah rakyat ini. Bupati Asep berharap Sekolah Rakyat bisa menjadi salah satu solusi untuk menekan angka putus sekolah di daerahnya.
“Pemkab menyambut baik Sekolah Rakyat ini dan diharapkan menjadi solusi terbaik di masyarakat,” kata Asep saat memberikan sambutan.
Kepala Sentra Phalamarta Sukabumi Dian Bulan Sari menjelaskan, tahun ini ada 100 siswa yang resmi diterima di SR dari total 156 pendaftar. Seiring berjalannya waktu, beberapa siswa yang terpilih memilih mundur lantaran tak siap dengan sistem boarding.
“Awal pendaftaran lewat media sosial, Pak Bupati juga bersurat ke camat-camat untuk menyampaikan ke warga. Awalnya ada 145 yang lolos seleksi, tapi ada yang mundur karena keluarga berubah pikiran,” terang Dian.
Para siswa berasal dari 38 kecamatan di Sukabumi. Seleksi dilakukan berbasis Data Sosial Ekonomi Nasional dengan verifikasi dari tim lintas instansi di antaranya BPS, Dinsos, Disdik, Kemenag, hingga para pendamping PKH di lapangan.
“Ini memang sesuai arahan Presiden, diprioritaskan untuk keluarga miskin ekstrem, desil 1 dan 2,” tegas Dian.
Sekolah Rakyat dirancang bukan sekadar untuk memberikan pendidikan formal, melainkan juga pembentukan karakter. Dian menyebut, selain guru formal, ada sembilan wali asuh dari pendamping PKH yang mendampingi siswa di luar jam belajar.
“Sistemnya seperti pesantren, mereka tinggal di asrama dengan pola pengasuhan bergiliran. Kepala sekolah nanti yang menyusun detail kurikulum dan tata tertib,” ujarnya.
Saat ini SR menempati bangunan milik Kementerian Sosial, lengkap dengan fasilitas seperti asrama putra-putri, perpustakaan, laboratorium bahasa, laboratorium IPA, komputer, ruang bimbingan konseling, UKS, mushola, hingga gedung olahraga. Tercatat ada 13 guru yang bertugas.
Hari pertama ini para siswa mengikuti pemeriksaan kesehatan sebagai bagian dari MPLS. Selama dua minggu ke depan, mereka akan diperkenalkan pada lingkungan sekolah, guru, wali asuh, sekaligus menjalani pelatihan kedisiplinan yang menggandeng Danramil setempat.
“Kalau ada penyakit bawaan, kita tangani dulu. Targetnya mereka tetap bisa belajar di sini,” ujar Dian.
Momen perpisahan di hari pertama ini berlangsung haru. “Ada yang diantar satu keluarga besar, bahkan ada yang sudah datang sejak semalam. Wajar karena banyak yang belum pernah jauh dari keluarga,” kata Dian.
Sekolah Rakyat Sukabumi sendiri masih berstatus rintisan. Ke depan, Pemkab Sukabumi menargetkan bisa memperluas kapasitas hingga 1.000 siswa dari semua jenjang pendidikan.
“Kalau pemda sudah siap, siswanya akan dirujuk ke sana. Sekarang kita jalankan dulu yang ada sebaik-baiknya,” pungkas Dian.