SukabumiBerita.com—Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Sukabumi melaporkan sebanyak 859 warga menderita Demam Berdarah Dengue (DBD) dan empat di antaranya meninggal dunia sepanjang Januari hingga Mei 2024.
Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Kota Sukabumi, Drg Wita Darmawanti mengungkapkan, dari jumlah kasus yang ada rinciannya sebanyak 129 Januari, 167 Februari, 139 Maret, 204 April, dan 220 Mei penderita DBD. “Dari jumlah total kasus yang ada empat di antaranya meninggal dunia,” kata Wita kepada wartawan, dikutip Jumat (21/6/2024).
Berdasarkan data tersebut, menurut Wita, kasus DBD terjadi paling banyak pada April dan Mei. Oleh karena itu, saat musim hujan masyarakat perlu waspada dari berbagai penyakit salah satunya penularan DBD.
Menurutnya, beberapa upaya sudah dilakukan di antaranya, melakukan fogging dilaksanakan sesuai dengan pedoman tatalaksan penyakit DBD, Surat Edaran Penjabat (PJ) Wali Kota Sukabumi imbauan untuk pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dan surat Kepala Dinas Kesehatan jumantik di sekolah dan di rumah.
“Selain itu, kami juga menggelar rapat koordinasi lintas sektor untuk pemberdayaan masyarakat agar bergerak bersama dalam menjaga kesehatan lingkungan,” katanya.
Wita menerangkan, genangan air hujan bisa menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk aedes aegypti yang merupakan penyebab DBD.
“Kami terus berupa melakukan upaya penanggulangan dan pencegahan, terkait penyakit yang harus diwaspadai saat musim penghujan ini. Upaya yang kita lakukan yaitu Promosi Kesehatan (Promkes) dan edukasi. Pelayanan kesehatan tetap siap,” katanya.
Dinkes juga berupaya menurunkan angka kasus DBD ini dengan berbagai cara. Di antaranya mensosialisasikan pencegahan ke masyarakat tentang 3 M Plus, yakni menguras, menutup, mendaur dan mencegah, serta mengedukasi masyarakat agar menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). “Terpenting itu, masyarakat harus bisa melakukan gerakan PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk),” katanya.
Wita menambahkan, Dinkes juga mengajak masyarakat untuk menerapkan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik (G1R1J). Program itu bertujuan untuk mengoptimalkan segenap anggota keluarga menjadi Juru Pemantau Jentik (Jumantik) di rumahnya masing-masing.
“Kami juga mengaktifkan kelompok operasional penanggulangan DBD atau Pokjanal di berbagai tingkatan RT, RW, kelurahan, kecamatan, hingga tingkat kota, sehingga dengan berbagai upaya itu diharapkan mampu menekan jumlah kasus DBD di Kota Sukabumi,” pungkasnya.