spot_img
Minggu, November 24, 2024
spot_img

Angin Bikin Berantakan Rancaekek Ternyata Bukan Puting Beliung, Tapi Tornado!

Baca Juga

SukabumiBerita.comAngin yang memporak-porandakan wilayah Rancaekek, Kabupaten Bandung dan sebagian wilayah Sumedang pada Rabu (21/2/2024) ternyata bukan puting beliung, tetapi adalah angin Tornado yang biasa muncul di wilayah Amerika Serikat (AS).

Menurut pakar klimatologi dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Erma Yulihastin, karakteristik tornado yang muncul di Rancaekek sama dengan yang biasa terjadi di belahan bumi utara, AS dengan tingkat kemiripan mencapai 99,99%. “Struktur tornado Rancaekek, Indonesia, dibandingkan dengan tornado yang biasa terjadi di belahan bumi utara, Amerika Serikat. Memiliki kemiripan 99,99% alias mirip bingits!,” ungkapnya dalam sebuah cuitan di media sosial X.

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menyebutkan angin kencang di wilayah Kabupaten Bandung dan Kabupaten Sumedang, yang menerjang kemarin sore merupakan tornado yang pertama kali terjadi di Indonesia.

Menurutnya terdapat empat faktor yang membedakan angin kencang tersebut dengan puting beliung. “Dari analisis visual saja, kita bisa pastikan ini beda nih, ini bukan puting beliung yang biasanya terjadi di wilayah kita, yang sulit dideteksi. Karena mikro, ini bukan mikro lagi, ini meso. Tornado itu meso,” kata Peneliti Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN, Erma Yulihastin, Kamis (22/2/2024).

Dia mengatakan, faktor pertama yang membedakan dilihat dari skala kecepatan anginnya. Menurutnya, tornado mempunyai kecepatan angin mencapai 65 hingga 67 kilometer per jam.”Selama ini kan kita hanya mengatakan angin puyuh atau puting beliung karena gak pernah bisa mencapai ambang batas kecepatan angin yang bisa kita katakan tornado level awal atau paling rendah, itu yang pertama dari skala kecepatan,” jelasnya.

Pabrik berantakan dilanda Tornado, kemarin.

Erma menyebut, tornado mempunyai skala radius hingga mencapai 2 kilometer. “Jika skala radiusnya masih berada di bawah angka 2 kilometer, maka hal itu masih dikategorikan mikro dan belum termasuk meso,” tuturnya.

Ketiga dan keempat yakni dilihat dari dampak yang ditimbulkan serta durasinya. Selama ini, bencana angin kencang yang terjadi di Indonesia tak pernah berdampak terlalu merusak dan durasinya cenderung singkat. “Kemudian, yang keempat itu durasi. Puting beliung di wilayah kita selalu kurang dari 10 menit. Gak ada yang melampaui durasinya 10 menit,” katanya.

Erma mengatakan, angin kencang yang terjadi di Kabupaten Bandung dan Kabupaten Sumedang sudah memenuhi keempat faktor tersebut. Selain itu, angin kencang itu terlihat jelas di satelit awan sehingga memperkuat kepastian fenomena itu merupakan tornado.

“Mata badainya terlihat dari satelit awan, ya berarti tornado dong. Karena kalau puting beliung gak bisa terdeteksi dari satelit awan, awannya itu gak kelihatan,” ucapnya.

BRIN mengimbau masyarakat agar lebih waspada saat memasuki musim hujan. Alangkah lebih baik, mencari tempat berlindung bila melihat awan gelap di langit yang bergerak dengan cepat.

“Intinya harus waspada kalau sudah ada awan gelap dan sebagainya nih, awan itu bergerak dengan cepat, awan mendungnya itu, maka itu bisa dipastikan ada angin kencangnya. Cuma kita gak tau muter atau enggaknya kan, jadi kita sendiri yang harus waspada,” katanya.

Lebih lanjut diungkapkan bahwa tornado ini berbeda dengan puting beliung, di mana tornado punya skala kekuatan angin lebih tinggi dan radius lebih luas dengan minimal kecepatan angin mencapai 70 km/jam, sementara puting beliung hanya 56 km/jam. “Selain itu juga durasi. Dalam kasus puting beliung yg biasa terjadi di Indonesia, hanya sekitar 5-10 menit itu pun sudah sangat lama. Hanya ada satu kasus yang tidak biasa ketika puting beliung terjadi dalam durasi 20 menit di Cimenyan pada 2021,” katanya.

Sebanyak 1.359 Jiwa Terdampak, 31 Pabrik dan Ratusan Rumah Warga Rusak

Sementara itu, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Barat merilis update terkini dampak bencana tornado yang menerjang wilayah perbatasan Kabupaten Bandung dan Kabupaten Sumedang.

Kasi Kedaruratan dan Logistik BPBD Jabar Hadi Rahmat mengatakan, terdapat 412 Kepala Keluarga (KK) dan 12 orang yang mengalami luka di Kabupaten Sumedang. Dari angka itu, 21 KK sudah diungsikan ke musala yang terletak di sekitar Desa Mangunarga.

“Korban terdampak Kabupaten Sumedang 412 KK, untuk jumlah jiwa masih dalam pendataan dan validasi,” kata Hadi, Kamis (22/2/2024).

Sedangkan di Kabupaten Bandung, tercatat ada 422 KK yang terdiri atas 1.359 jiwa terdampak bencana. Selain itu, tercatat pula ada 21 orang yang terluka. Sementara untuk wilayah Kabupaten Bandung, belum diketahui titik pengungsian warga terdampak.

“Kabupaten Bandung 422 KK atau 1.359 jiwa. 21 orang luka-luka,” katanya. Selain itu, BPBD Jabar juga merilis data soal jumlah kerusakan yang ditimbulkan akibat tornado di dua wilayah tersebut. Terdapat 31 pabrik yang rusak dan 493 rumah warga yang rusak.

“Di Kabupaten Bandung 18 bangunan pabrik dan toko terdampak, 223 unit rumah rusak ringan, 119 unit rumah rusak sedang, 151 unit rumah rusak berat,” ucapnya. Hingga kini, proses pendataan dan asessment masih terus dilakukan BPBD Jabar.

spot_img

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

spot_img
Terbaru

IFS Dukung Penuh Badan Gizi Nasional

Sukabumi Berita | Ketua Dewan Pembina Gerakan Berbagi Pangan Dunia yang menaungi fokus program Indonesia Food Share (IFS) Amirullah mendukung penuh...
spot_img
spot_img