Dari Sampah Jadi Berkah

Fathima, ibu rumah tangga yang menemukan inovasi pengolahan sampah organik dengan brand Magobox. Foto: Tangkapan Layar.
judul gambar

Oleh Joko Intarto

Semua orang bisa menjadi pengusaha. Hari ini saya dan tim penulis buku ‘’Pantang Menyerah’’ bertemu Fathima, seorang ibu rumah tangga yang menemukan inovasi pengolahan sampah organik dengan brand Magobox. Start up bisnis ini bahkan menerima 8 penghargaan dalam dua tahun terakhir.

———

SukabumiBerita.com—Peluang bisnis itu datang begitu saja. Tanpa dicari-cari. Tanpa diduga-duga. Fathima pun bertransformasi menjadi pengusaha teknik daur ulang sampah organik tanpa kehilangan waktu sebagai seorang ibu rumah tangga.

Sampah organik merupakan problem serius masyarakat perkotaan. Apalagi di kota besar seperti Jakarta. TPA Bantar Gebang yang menjadi area penimbunan sampah akhir pun kewalahan mengolah sampah yang mayoritas adalah sampah rumah tangga berupa sisa makanan, sayuran dan buah-buahan.

Untuk “memperpanjang umur” TPA, pemerintah menjalankan edukasi agar masyarakat mengelola sampah dari sumbernya. Caranya, memisahkan sampah organik dan sampah anorganik. Pemisahan ini akan memudahkan dalam proses pengolahan selanjutnya.

Berbagai program lanjutan pun dijalankan. Antara lain, pembangunan bank sampah di setiap kelurahan. Sampah anorganik didaur ulang sesuai bahan bakunya. Sampah organik diolah menjadi kompos.

Meski bank sampah telah berhasil menjalankan fungsinya, proses penguraian sampah belum maksimal. Khususnya dalam pengolahan sampah organik. Proses penguraian sampah menjadi pupuk kompos masih kalah cepat dibandingkan produksi sampah sisa makanan, sayuran dan buah-buahan itu sendiri.

Jauh sebelumnya, masyarakat Jepang memulai program pengolahan sampah organik menggunakan ‘’lalat tentara’’ atau ‘’magot’’. Larva lalat itu terkenal rakus karena memakan semua jenis makanan hingga empat kali lipat ukuran tubuhnya. Apa pun jenis makanan yang dikonsumsi manusia, bakal disikat lalat ini.

Selain rakus, magot juga berkembang biak sangat cepat. Seekor induk magot bisa menghasilkan telur sebanyak 20 ribu butir, yang akan menetas menjadi 20 ribu larva magot baru, dengan siklus hidup 44 hari.

Larva inilah yang menjadi pasukan tentara penyerbu sampah organik. Bila usianya dirasa cukup, larva dalam kondisi hidup maupun kering (mati) bisa menjadi pakan ternak seperti bebek, ayam, angsa dan ikan. Sedangkan larva yang dibiarkan tetap hidup akan menjadi lalat induk untuk regenerasi.

Teknik budidaya magot akhirnya berkembang juga di Indonesia. Nakamura Hirohide melalui organisasi Japan – Indonesia Kaizen Center menjadi salah satu pionir yang memasyarakatkan teknik budidaya magot itu.

Meski budidaya magot sudah dikenal cukup lama, belum ada yang berhasil menemuka teknik budidaya yang mudah dan murah dalam skala rumah tangga. Magot selama ini dibudidayakan dalam skala industri sehingga kurang cocok dengan konsep pengelolaan sampah organik di rumah tangga Indonesia.

Masa pandemi Covid-19 rupanya menjadi titik awal Mbak Fathimah menemukan metode budidaya baru magot itu. Berangkat dari membantu tugas suaminya yang guru matematika itu, Mbak Fathimah akhirnya menemukan Magobox yang menjadi brand produknya.

Magobox artinya boks atau kotak untuk magot. Ya, Magobox adalah merk kandang budidaya magot yang unik. Satu set Magobox terdiri atas dua kandang: kandang larva dan kandang lalat. Kandang larva untuk mengurai sampah organik. Kandang lalat untuk pembibitan atau regerasi.

Budidaya magot memang sudah lama dikenal. Tetapi Magobox adalah metode yang sama sekali baru. Magobox merupakan produk inovatif yang lahir pada masa pandemi.

Setelah melalui trial and error selama tujuh bulan, Magobox akhirnya lahir sebagai produk yang siap dipasarkan. Sudah lebih dari 2 ribu rumah tangga yang saat ini membeli Magobox. Namun jumlah itu masih terlalu kecil dibandingkan ratusan juta rumah tangga penghasil sampah organik di seluruh Indonesia.

Selama dua tahun terakhir, Magobox menerima 8 penghargaan sebagai business start up dari berbagai Lembaga di dalam dan luar negeri. Keunggulan Magobox adalah bukan start up biasa, melainkan start up yang memberi manfaat besar bagi masyarakat dan lingkungan: Yakni solusi penguraian sampah organik.

Kisah Mbak Fathimah dengan Magobox-nya yang inspiratif ini akan menjadi salah satu konten buku baru: “Pantang Menyerah”. Yang ingin membaca kisah lengkapnya, harap bersabar sampai buku itu terbit sekitar bulan Juli 2023.